TOKO ONLINE VS TOKO OFFLINE

Bismillah, Assalamu'alaykum... Haloooo juragan semua, bagaimana kabar hari ini?? semoga sehat selalu, makin makmur, makin sukses, dan makin bahagia ya. Kali ini saya ingin sedikit berbagi nih tentang problematika dalam menjalankan bisnis online dan offline. Namun postingan ini pure hanya pandangan saya pribadi saja ya. Semoga bermanfaat.


Memasarkan produk, itulah tujuan berdagang. Bagaimana cara menjual produk sebanyak banyak nya dengan keuntungan sebesar besarnya. Tentu hal itu harapan semua pedagang atau lebih kerennya pebisnis lah ya. Jikalau penjualan lancar, penjualan besar maka biaya biaya tanggungan semakin mudah untuk di bayar. Yaa tidak bisa dipungkiri, sekarang ini saat kita menjual barang harus ada perhitungan untuk biaya sewa (jika bukan tempat sendiri), bayar karyawan, ongkos operasional, dll. Hal tersebut tentunya harus diperhitungkan dengan cermat demi keberlangsungan bisnis yang kita jalankan. Belum lagi jika kita ada tanggungan pinjaman modal, nahhhh kan nambah lagi, itu belum tanggungan keluarga. Haduhhhh kok jadi berat banget yaaa.. hehe. Namun inilah hidup, semuanya pilihan. Mau jadi pengusaha atau karyawan, semua nya saling melengkapi. Kalian pilih yang mana? semuanya baik kok, hehehe. Apalagi klo bisa jalan dua-duanya.

Oke lanjut lagi, ngomong ngomong masalah untung, kok sekarang semakin susah ya cari untung. Bagi pelaku usaha pasti merasakan tipisnya keuntungan yang sekarang di dapati. Bukan hanya karena harga modal yang selalu meningkat, namun yang paling utama makin banyak nya rivalitas atau persaingan bisnis. Amit-amit, Na'udzubillah, sampai sampai jika kita lihat berita kriminal di media cetak ataupun televisi, ada yang tega membunuh hanya karena alasan persaingan bisnis. Setan makin senang sepertinya dalam hal ini. Namun harus diingat bahwa rizki, hidup, mati dan jodoh sudah ditetapkan Alloh Ta'ala. Itu yang dinamakan Qadarullah.

Seiring makin banyaknya rivalitas tersebut tentu saja mendorong para pengusaha untuk memberikan nilai tambah akan produk yang mereka jual. Nilai tambah yang paling banyak digandrungi adalah bermain harga. Nahhhhh, inilah benang merah persaingan yang terus tumbuh dan semakin panas. Bagaimana tidak, semua ingin menjual barang semurah murahnya, akhirnya sulit untuk mendapat untung yang diinginkan, dan pastinya para produsen yang langsung memenangkan persaingan. Hal ini juga ditunjang dengan banyaknya toko online yang bermunculan. Sehingga persaingan bisnis bukan lagi tingkat kampung, kecamatan atau kabupaten, melainkan tingkat nasional dan internasional. 

Jika saya boleh membayangkan dulu, ketika hendak belanja maka saya akan berkunjung ke toko yang menjual barang yang saya inginkan. Disana kita bisa memilih langsung barang mana yang cocok untuk saya. Mungkin para pedagang juga mendapatkan keuntungan yang besar dari kunjungan dan pembelian para customer di toko tersebut. Inilah nyamannya penjualan melalui toko offline. Bagi seorang pedagang tentu saja puas dengan hasil yang didapat. Bukan hanya margin yang tinggi, namun juga kepuasan berinteraksi secara langsung dengan konsumen. Hal itu tidak berlaku pada saat ini, semakin mudahnya jangkauan internet dan ekspedisi keseluruh wilayah, menjadikan peluang memasarkan dan menjual barang ke pelosok wilayah mulai terbuka lebar.

Toko online sebenarnya bukan momok yang menakutkan bagi semua pelaku usaha. Karena memalui online banyak juga mereka yang sukses, dan itu tidak sedikit melainkan banyak sekali. Namun tidak sedikit juga, para toko offline yang mengeluh tentang konsep toko online yang sekarang makin menjamur. Keluhan mereka sebenarnya bukan karena semakin sedikitnya penjualan offline, namun margin yang mereka rasakan semakin menipis. Bayangkan saja, anda bisa melihat di berbagai market place online yang ada di Indonesia. Ribuan toko online berlomba lomba menjual barang dengan harga yang sangat murah, hal ini bertujuan untuk mendapatkan target penjualan tentunya. Jika sudah begini, siapa yang diuntungkan, maka jawabannya hanya segelintir perusahaan yang memiliki modal besar dimana mereka mampu memonopoli terhadap barang barang tertentu. Sebagai contoh dalam perdagangan gadget, tapi menurut saya hal ini tidak begitu berlaku bagi para pengusaha kreatif mungkin ya.. balik lagi karena para pengusaha kreatif kebanyak dari mereka adalah produsen.

Bagi para pelaku bisnis gadget dan aksesorisnya, momok paling mengerikan adalah saat sang suplier ikut bermain dalam konsep market place tersebut. Apalagi jika sang suplier "koplak" artinya begini, dia tidak membedakan harga antara yang dijual kepada user/customer dan para dealer/toko yang sudah bekerjasama dengannya. Semua harga digebuk rata sekian dan sekian. Lalu para dealer/toko yang mengambil barang dari mereka mau jual berapa?? itu pertanyaannya. Inilah salah satu kelemahan bisnis online. Karena kita tidak bisa 100% menyalahkan para suplier juga, bisa jadi mereka menjual barang dengan murah tersebut karena adanya pancingan dari pihak rival yang menjual barang sejenis dengan merk/brand berbeda dengan harga yang sangat murah. Lalu solusinya bagaimana dalam menyikapi hal ini??

Pada dasarnya semua manusia memiliki fitrah yang sama, yaitu ingin kaya dan paling hebat diantara yang lain. Yang bisa memanajemen hal tersebut adalah moral, perasaan yang dibimbing dalam naungan iman. Sehingga dengan hal itu ada kebijakan kebijakan yang muncul dari para suplier untuk menjaga harga jual agar tidak jatuh. Namun bagi seorang muslim yang baik, kita percaya bahwa tidak ada rejeki yang terhenti karena ulah tangan konsep manusia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang bagaimana rejeki itu datang dan kapan selama kita tetap berikhtiar dan berdoa. Okeeee, agak terbawa perasaan saat menulis postingan ini, hehehe. Sekali lagi itu hanya berbagi pengalaman, karena saya sendiri termasuk pelaku di kedua usaha tersebut.. offline dan online. Jumpa lagi di postingan postingan selanjutnya ya juragan, sampai jumpa...